Rabu, 11 Mei 2016

BAYU DINGIN MENGULUM






Mencibir riak.menghasut angin
karena beku yang menyerang tak perduli
menggores pena di bibir danau
tentang balada cinta yang melukis alam
awan awan berarak menerpa dinding tebing
dingin menusuk tulang tak terelakkan
bibir berguman dalam gigil
dan kata kata itu terus ku tulis
halimun unggu betandang dengan sejuknya
meraba kulit ari dengan rasuknya
sambil ku perbaiki switer yang melingkar di leherku
aku melanjutkan tulisanku di kertas sisa sisa sobekan
menekur riak danau
dengan bisikan bisikan halus
tentang kisah cinta
dua insan yang saling memadu kasih
.riung hati dengan jelaganya
menggelayut cerita dari sebuah legenda
ada pula yang menyebutnya sebagai mitos
aku terdiam sejenak...
ku lanjutkan jari jemariku menarikan pena
terciptalah sebuah goresan
bukan syair,bukan pula puisi
dan tak tergolong prosa
hanya coretan coretan lusuh
tulisan dari kata hati
ku baca berulang kali
ku simak maknanya
anehnya,tulisanku sendiri,
aku tak mengerti apa artinya
aku sendiri tak paham apa yang aku gurat
hanya torehan tanpa makna
dan aku sangat suka
jika tulisan ini terpapar
itu bukan karena kepandaian
dan kecerdasanku mengolah bahasa
namun sebuah coretan usang apa adanya,
dan apa saja maunya
itulah keadaan diriku
akupun tak mengerti apa yang diinginkannya
hanya aku mengikuti refleksi tanpa kemauan
namun angan dan cita terus meronta
kinginan membuncah tiba tiba
aku jalani semua anganku
dengan usaha dan perjuangan
aku pasrah terhadap apa yang terjadi dari hasil ikhtiarku
karena arodanya yang menentukan segalanya
aku hanya bisa menerima dan bersyukur
perjuangan tak pernah surut dan berhenti
yang terjadi,dan apapun hasilnya
aku terima dengan lapang dada
seutaspun tak retak
sejengkalpun tak bergeming
selangkah tak surut
semua suratan jejak
yang sengaja maupun tak sengaja
makhfus digurat sendiri
yang tak akan terhapus dari tilasnya
dasar postulat dari asalnya
bukan salah bunda mengandung
sudah suratan tangan sendiri
semua ada sebab dan akibatnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar